Artikel terbaru dari Solusimedsos.id

Pernah lihat video yang kualitasnya burem, angle-nya miring, tapi muncul terus di FYP? Sementara kamu yang pakai lighting, kamera mirrorless, dan caption puitis malah tenggelam di bawah video kucing joget?

Tenang, bukan kamu yang gagal. Mungkin kamu cuma… terlalu sempurna.

1. Algoritma Nggak Nyari yang Keren, Tapi yang Dikenal

Algoritma itu seperti teman lama: ia lebih suka sesuatu yang terasa akrab daripada yang terlalu rapi. Konten yang “terlalu bagus” kadang terlihat seperti iklan, bukan cerita. Dan orang di media sosial lebih suka menonton manusia, bukan majalah berjalan. Sederhananya, konten yang tidak sempurna terlihat lebih jujur dan bisa dipercaya.

2. Kesempurnaan Membunuh Koneksi

Video yang terlalu halus kadang kehilangan emosi. Sementara video yang sedikit goyah, ketawa nggak sengaja, atau ada “uh” di tengah kalimat justru membuat penonton merasa dekat. Manusia menyukai ketidaksempurnaan, karena di situlah mereka melihat dirinya sendiri. Ketika audiens merasa “gue juga kayak gitu”, engagement naik tanpa kamu harus pasang iklan mahal.

3. Algoritma Mendeteksi Respons, Bukan Resolusi

TikTok, Instagram, dan YouTube tidak peduli kamera kamu 4K atau tidak. Yang mereka ukur adalah berapa lama orang nonton, berapa banyak yang komentar, dan apakah video dibagikan. Kalau kontenmu membuat orang berhenti scroll, algoritma otomatis menganggap itu menarik. Jadi, lebih penting punya ide segar daripada punya lensa mahal.

4. Spontanitas = Kredibilitas

Kreator yang tampak santai sering kali lebih dipercaya daripada yang tampil terlalu “setting-an”. Audiens ingin merasa sedang menonton teman, bukan menonton iklan. Bahkan banyak brand besar sekarang sengaja membuat konten “kasual” agar terlihat lebih dekat dengan penonton.

5. Kesempurnaan Itu Bikin Lama Posting

Semakin kamu berusaha sempurna, semakin banyak waktu terbuang di tahap editing, caption, dan revisi. Padahal algoritma suka yang sering muncul, bukan yang jarang tapi sempurna. Konsistensi mengalahkan kesempurnaan. Lebih baik posting tiga video biasa yang relevan daripada satu video spektakuler yang butuh tiga minggu produksi.

 

Kesimpulan

Algoritma bukan menolak kualitas, tapi mencari keaslian. Konten yang tidak terlalu sempurna justru terasa lebih hidup, lebih jujur, dan lebih bisa dikaitkan dengan kehidupan nyata. Jadi lain kali kalau video kamu kelihatan sedikit miring, biarkan saja.

Siapa tahu justru itu yang bikin kamu masuk FYP.

Facebook
Threads
WhatsApp
Scroll to Top